Sejarah diaspora Yahudi sering kali terkait dengan tragedi dan pengusiran. Salah satu episode paling menentukan adalah Inkuisisi dan Rekonkista di Semenanjung Iberia (Andalusia). Peristiwa ini memaksa ribuan orang Islam dan Yahudi meninggalkan tanah kelahiran mereka untuk mencari tempat yang lebih aman.
Sejarawan mencatat, ketika kerajaan Kristen berhasil menaklukkan Granada pada 1492, mayoritas Yahudi yang bertahan di Spanyol menghadapi pilihan sulit. Mereka harus pindah agama, meninggalkan tanah kelahiran, atau mengungsi ke wilayah lain. Banyak yang memilih untuk meninggalkan Spanyol sepenuhnya.
Afrika Utara menjadi salah satu tujuan utama migrasi ini. Terutama wilayah yang kini dikenal sebagai Aljazair, Maroko, dan Tunisia. Wilayah-wilayah ini menawarkan perlindungan relatif di bawah pemerintahan Islam yang toleran terhadap komunitas Yahudi.
Di Aljazair, komunitas Yahudi berkembang pesat. Catatan sejarah menunjukkan bahwa beberapa keluarga Yahudi di sana berasal dari keturunan pengungsi Spanyol. Mereka membawa budaya, bahasa, dan tradisi khas Iberia.
Kisah migrasi ini bukan hanya sejarah personal. Ia juga membentuk identitas komunitas Yahudi Aljazair hingga era modern. Banyak dari mereka tetap mempertahankan dialek Ladino, bahasa Yahudi-Spanyol, hingga beberapa generasi.
Fenomena ini terlihat pula dalam silsilah keluarga-keluarga Yahudi Aljazair yang kini tersebar ke Prancis dan Israel. Nama-nama tertentu masih mengindikasikan asal-usul Spanyol mereka.
Salah satu tokoh yang menunjukkan jejak migrasi ini adalah David Zaini, kepala baru badan keamanan internal Israel, Shin Bet. Kakeknya pernah menjadi tokoh keagamaan komunitas Yahudi di Aljazair sebelum migrasi ke Prancis.
Zaini sendiri lahir di Yerusalem, namun latar belakang keluarganya mencerminkan sejarah panjang migrasi Yahudi dari Afrika Utara. Ini menunjukkan keterkaitan langsung antara peristiwa sejarah abad ke-15 dengan tokoh-tokoh modern di Israel.
Kisah keluarganya menjadi contoh bagaimana sejarah migrasi dan eksil membentuk identitas generasi berikutnya. Bahkan saat ini, pengaruhnya tetap terlihat dalam kehidupan sosial dan politik keluarga.
Zaini tidak terlibat langsung dalam politik, berbeda dengan ayahnya yang aktif dalam gerakan Zionis sayap kanan. Namun, keberadaan keluarganya di Israel dan Aljazair mencerminkan perjalanan panjang komunitas Yahudi diaspora.
Sebuah pernyataan yang dibuat oleh Yair Zeini, ayah dari kepala Shin Bet yang baru, David Zeini. Pernyataan ini menimbulkan kontroversi besar.
"Untungnya, saya tidak terpilih menjadi anggota Knesset (Parlemen Israel). Saya harus mendengarkan Ahmad Tibi mengatakan dia memiliki tanah sementara saya memiliki senjata, saya akan melenyapkannya."
Latar Belakang Politik: Pernyataan ini mencerminkan ketegangan politik yang mendalam antara kelompok sayap kanan Israel (yang mendukung Yair Zeini) dan politisi Arab-Israel seperti Ahmad Tibi. Ahmad Tibi adalah anggota Parlemen Israel (Knesset) yang dikenal karena pandangannya yang kritis terhadap kebijakan Israel dan dukungannya terhadap hak-hak Palestina.
"Dia memiliki tanah": Kalimat ini mengacu pada klaim hak kepemilikan atas tanah yang menjadi inti dari konflik Israel-Palestina. Bagi sebagian orang Israel, pernyataan seperti itu oleh politisi Arab-Israel dianggap sebagai tantangan langsung terhadap kedaulatan Israel.
"Saya akan melenyapkannya": Ini adalah ungkapan kekerasan yang ekstrem. Yair Zeini secara implisit menyatakan bahwa jika dia memiliki senjata saat mendengarkan pernyataan Tibi di dalam Knesset, kemarahannya akan membuatnya melakukan tindakan kekerasan fatal terhadap politisi tersebut.
"Untungnya, saya tidak terpilih menjadi anggota Knesset": Bagian ini adalah refleksi personal yang mengerikan.
Pembicara merasa bahwa kegagalannya terpilih ke parlemen adalah "beruntung" karena itu mencegahnya dari bertindak impulsif dan melakukan kekerasan fatal, yang akan memiliki konsekuensi serius bagi dirinya dan negaranya.
Secara keseluruhan, pernyataan tersebut mengungkapkan tingkat kemarahan dan kebencian yang sangat intens terhadap pandangan politik lawan, hingga ke titik di mana si pembicara mengakui dorongan untuk melakukan kekerasan.
Latar belakang
Media Israel menyoroti latar belakang Zaini ketika ia ditunjuk sebagai kepala Shin Bet. Banyak yang penasaran mengenai hubungan keluarganya dengan komunitas Yahudi Aljazair.
Penunjukan Zaini yang memiliki 11 anak, juga menimbulkan kontroversi terkait genosida Israel terhadap warga Gaza yang tidak berdosa. Namun, perhatian publik tidak terlepas dari akar sejarah keluarganya, termasuk migrasi dan pengungsian yang membentuk identitasnya.
Keluarga Zaini membawa nilai-nilai tradisi Yahudi dari Afrika Utara ke Israel. Nilai-nilai ini tetap hidup melalui ritual, budaya, dan narasi keluarga.
Sejarawan menekankan bahwa migrasi Yahudi dari Spanyol ke Afrika Utara adalah salah satu contoh besar perpindahan populasi akibat konflik agama. Ini berdampak pada distribusi komunitas Yahudi di Mediterania.
Aljazair menjadi titik transit penting. Di sana, pengungsi Yahudi menemukan keamanan dan kesempatan untuk membangun kembali kehidupan mereka.
Dalam beberapa abad, komunitas Yahudi Aljazair menjalin hubungan dengan Prancis, yang kemudian membuka jalur migrasi baru di era kolonial. Banyak keturunan mereka akhirnya menetap di Prancis dan Israel.
Identitas komunitas ini tetap dipengaruhi sejarah Iberia. Tradisi, bahasa, dan praktik keagamaan mencerminkan akar mereka yang berasal dari Spanyol.
Kisah David Zaini adalah contoh modern dari diaspora panjang ini. Dari kakek yang migraso dari Aljazair ke Prancis, hingga dirinya yang kini memimpin Shin Bet di Israel, garis sejarah tetap tersambung.
Dengan demikian, ada kemungkinan besar komunitas Yahudi Aljazair merupakan bagian dari korban Inkuisisi dan Rekonkista Spanyol. Migrasi mereka ke Afrika Utara menjadi bukti nyata perpindahan akibat tekanan politik dan agama.
Sejarah ini menunjukkan betapa peristiwa berabad lalu tetap membentuk kehidupan modern. Dari pengusiran di Granada hingga pemimpin keamanan di Israel, jejak diaspora terus terlihat.
Akhirnya, memahami migrasi Yahudi dari Spanyol ke Aljazair tidak hanya penting secara historis, tetapi juga memberikan konteks bagi dinamika sosial dan politik kontemporer di Israel dan Afrika Utara.