Perbandingan Upaya India dan Iran Kirim Manusia ke Antariksa - Simanindo

Hot

Post Top Ad

Kamis, 10 April 2025

Perbandingan Upaya India dan Iran Kirim Manusia ke Antariksa

Persaingan antar negara berkembang dalam mengembangkan program antariksa berawak kian memanas, khususnya antara India dan Iran. Kedua negara Asia ini menunjukkan ambisi besar untuk membuktikan kapabilitas teknologi mereka di luar angkasa. India dengan program antariksa Gaganyaan-nya terus melakukan persiapan matang, sementara Iran pernah mengejutkan dunia dengan pernyataan mantan presidennya, Mahmoud Ahmadinejad, yang bersedia menjadi manusia pertama Iran di luar angkasa.

Pernyataan Ahmadinejad yang disampaikan pada tahun 2013 sempat menjadi headline dunia. Ia menyebut dirinya siap mengambil risiko sebagai astronot pertama Iran, mengklaim hal itu sebagai bagian dari pengorbanan untuk kebanggaan nasional. Namun, hingga kini Iran belum juga meluncurkan misi antariksa berawak, sementara India sudah semakin dekat mewujudkan impiannya.

India telah mengembangkan program antariksa berawak bernama Gaganyaan sejak beberapa tahun lalu melalui badan antariksa nasional mereka, ISRO. Program ini ditargetkan menjadi langkah monumental dalam sejarah luar angkasa India. Setelah berhasil meluncurkan misi tanpa awak dan mendaratkan pesawat di bulan melalui Chandrayaan-3, India menaruh fokus besar pada peluncuran astronot ke orbit menggunakan roket buatannya sendiri.

Program Gaganyaan sempat tertunda akibat pandemi COVID-19 dan sejumlah kendala teknis. Namun, ISRO memastikan bahwa kemajuan tetap berjalan. Serangkaian uji coba modul peluncuran dan kapsul kru sudah dilakukan, termasuk tes pelolosan darurat. Menurut informasi terbaru dari ISRO, peluncuran astronot India pertama secara mandiri diperkirakan akan terjadi paling cepat pada tahun 2025 atau 2026.

Perbedaan mencolok terlihat dalam pendekatan kedua negara. India bergerak dengan landasan teknis yang kuat dan bertahap, sementara Iran lebih sering menunjukkan keinginan dan simbolisme politik. Hingga saat ini, belum ada laporan konkret mengenai kesiapan roket dan kapsul berawak Iran yang diuji di kondisi realistis. Bahkan peluncuran hewan ke luar angkasa pun masih jarang terdengar dalam laporan publik mereka.

India juga mendapatkan dukungan kuat dari berbagai negara mitra dalam pengembangan teknologi luar angkasa, termasuk kerja sama dengan Rusia dalam pelatihan astronot. Empat calon astronot India diketahui telah mengikuti pelatihan di Rusia sejak 2020, memperlihatkan keseriusan India untuk mempersiapkan misi ini dengan prosedur dan standar internasional.

Sementara itu, Iran lebih banyak bergantung pada pengembangan internal. Meskipun Iran mengklaim memiliki kemampuan untuk meluncurkan satelit ke orbit rendah, tantangan dalam misi berawak jauh lebih kompleks. Dibutuhkan sistem pendukung kehidupan, keamanan tinggi dalam peluncuran, serta proses reentry yang aman untuk kapsul dan astronot. Belum terlihat tanda bahwa Iran siap dalam hal itu dalam waktu dekat.

India juga telah membangun infrastruktur pendukung, termasuk pusat pelatihan dan simulasi untuk astronotnya. Pemerintah India bahkan meningkatkan anggaran untuk sektor luar angkasa secara signifikan selama lima tahun terakhir. Ini menjadi sinyal bahwa pengiriman manusia ke luar angkasa menjadi prioritas strategis nasional.

Kehadiran Gaganyaan menjadi simbol transformasi India dari negara konsumen teknologi menjadi produsen teknologi tinggi. Misi ini tidak hanya tentang mengirim manusia ke orbit, tetapi juga memperkuat posisi India sebagai kekuatan antariksa global, sejajar dengan AS, Rusia, dan Tiongkok yang sudah lebih dulu menjalankan program antariksa berawak.

Iran memang memiliki semangat nasionalisme yang tinggi, seperti ditunjukkan Ahmadinejad. Namun semangat itu belum cukup jika tidak didukung oleh kemampuan teknologi, pendanaan stabil, dan akses ke sistem peluncuran yang aman. Tanpa transparansi dan roadmap yang jelas, program luar angkasa Iran masih diliputi banyak tanda tanya.

India, sebaliknya, telah menunjukkan kemampuan teknis melalui berbagai misi sukses. Misi Mars Orbiter Mission (Mangalyaan) dan Chandrayaan-3 menjadi bukti bahwa negara ini memiliki keahlian dan manajemen proyek antariksa yang mumpuni. Dengan rekam jejak itu, India berada di jalur realistis untuk meluncurkan astronotnya sendiri dalam dua atau tiga tahun ke depan.

Jika semua berjalan sesuai rencana, India bisa menjadi negara keempat atau kelima di dunia yang meluncurkan manusia ke luar angkasa secara mandiri, mengikuti jejak Rusia, Amerika Serikat, Tiongkok, dan (dalam kapasitas terbatas) SpaceX sebagai swasta.

Sementara itu, Iran masih perlu mengatasi berbagai tantangan teknis, ekonomi, dan geopolitik sebelum dapat menyamai langkah India. Meskipun keinginan politik tinggi, seperti yang diungkapkan Ahmadinejad, realisasi program antariksa berawak Iran tampaknya masih jauh dari kenyataan dalam satu dekade ke depan.

Perbandingan ini menunjukkan bahwa tekad nasional memang penting, namun implementasi teknis, investasi berkelanjutan, dan kerja sama internasional adalah kunci utama untuk bisa benar-benar menembus atmosfer bumi dengan awak manusia.

India telah memperlihatkan arah yang jelas, dan meski sempat tertunda, peluncuran astronotnya diperkirakan akan terjadi paling lambat pada 2026. Iran masih perlu membuktikan bahwa ambisinya bukan sekadar retorika politik.

Dengan demikian, India dan Iran memang memiliki ambisi yang sama, namun berada pada lintasan yang berbeda. Jika India berhasil meluncurkan astronotnya dengan roket sendiri pada pertengahan dekade ini, maka negara itu akan menegaskan statusnya sebagai kekuatan luar angkasa baru dari Asia Selatan.


Post Top Ad